Ketika bumi terus memohon belas kasih melalui angin yang tak ramah dan air yang kian tercemar, pertanyaannya bukan hanya “apa yang terjadi?”—tetapi “apa yang telah kita abaikan?”
Dalam kerusakan lingkungan yang semakin nyata, iman yang tak mampu merawat ciptaan menjadi cerminan spiritualitas yang belum utuh.
Buku Ekoteologi karya Mateus Mali, CSsR hadir sebagai refleksi mendalam atas relasi antara manusia, alam semesta, dan Allah sebagai Sang Pencipta.
Di sini Anda akan diajak melihat kembali martabat semua ciptaan sebagai satu kesatuan yang setara dan terhubung dalam kemuliaan ilahi.
Keistimewaan manusia bukan untuk menguasai, tetapi untuk merawat dan menyelamatkan rumah yang telah dipercayakan kepadanya.
Melalui narasi yang menggugah, penulis menyingkap bahwa iman Kristen bukan hanya soal ritual dan keyakinan, tetapi tentang pertanggungjawaban terhadap krisis ekologis yang semakin menekan.
Ekoteologi bukan sekadar konsep, melainkan panggilan untuk membarui cara pandang kita: bahwa menyelamatkan bumi adalah bagian dari spiritualitas, dan bahwa setiap tindakan ekologis adalah bentuk ibadah yang tak kalah sakral.
Jika Anda seorang beriman yang peduli terhadap masa depan bumi dan ingin memahami bagaimana teologi bertaut erat dengan ekologi, buku ini adalah pintu masuknya.